1.1. Sejarah Desa
Sejarah
Kota Desa Padurenan tidak terlepas dari
Raden Muhammad Syarif. Beliau adalah putra bungsu dari Bupati Sumenep (Macan
Wulung Yudonegoro). Raden Muhammad Syarif bersama keponakannya putri yang baru
berumur 3 tahun melakukan pengembaraannya dari Sumenep melalui jalur laut
kearah barat dengan berbekal sebuah gentong, kitab Al Qur’an, baju pusaka dan
empat buah kelapa untuk mengarungi laut jawa. Setelah perjalanan laut beberapa
lama sampailah di daratan pesisir Jepara.
Dari
Pesisir Jepara Raden Muhammad Syarif melanjutkan perjalanannya lewat jalur
darat, melewati Desa Mantingan - Syaripan - Mayong - Tunggul Syaripan - Gebog-
Buloh - Geringging - Jurang - Ngepon – Manisan – Ngaringan – Gerjen – Ndurenan.
Dari semua desa yang disinggahi Raden Muhammad Syarif , belialulah yang memberi
nama asal usul desa tersebut.
Dari
desa Gerjen Raden Muhammad Syarif melanjutkan perjalanannya kearah timur dan
berhenti pada sebuah tempat dimana saat beliau menemukan buah yang belum pernah
jumpai sebelumnya. Bentuknya seperti beluluk ( kelapa muda yang masih kecil dan
sudah jatuh dari pohonnya), bundar dan kulit luarnnya berduri yaitu buah
kenongo, Berhubung Raden Muhammad Syarif belum tahun nama buah tersebut maka
beliau berkata : “ Buah ini sebangsa duren (durian) atau duren-durenan “ . Jadilah namanya desa Ndorenan yang artinya
sebangsa duren / duren-durenan.
Ada
cerita lain yang mengatakan bahwa salah satu santri Raden Muhammad Syarif bernama Singo Dito diajak berdakwah di desa
Padurenan. Sigo Dito adalah salah santri yang cerdas, sabar dan bijaksana.
Pidato / ceramahnya sangat manis, enak didengar dan kuat berbicara lama .
sehinggga islam di Desa Padurenan perkembangannya cukup pesat , tersebar dan
didatangi oleh masyarakat disekitarnya.
Karena Pidatonya cukup lama dan ora leren-leren
(berhenti) maka nama Ndorenan bisa
menjadi Padurenan (Padone tanpa
leren-lerenan).
Karena
Raden Muhammad Syarif melihat kepintaran dan keimanan Singo Dito, dan akhirnya
dinikahkan dengan keponakannya. Selanjutnya Singo Dito menetap di Desa
Padurenan untuk selalu berdkwah menyebarkan agama Islam. Dan masyarakat sangat
senang Jika Singo Dito dijadikan pemimpin desa (menjadi Kepala Desa) yang pertama.
1.2. Kondisi
Geografis
Desa Padurenan,
Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, provinsi Jawa Tengah merupakan satu dari sebelas desa di kecamatan Gebog yang
mempunyai jarak 3,5 km dari kecamatan Gebog dan
berjarak 8 km dari kota kabupaten.
Secara
geografis Desa Padurenan sendiri terletak di perbatasan dengan:
Sebelah Utara : Desa Daren Nalumsari
Sebelah Timur :
Desa Karangmalang
Sebelah Selatan :
Desa Getassrabi
Sebelah Barat :
Desa Getassrabi
Secara
topografis Desa Padurenan kecamatan Gebog Kabupaten Kudus terdiri atas dataran
rendah. Dengan ketinggian ± 200 m diatas permukaan air laut. Sesuai dengan
letak geografis, dipengaruhi iklim daerah tropis yang dipengaruhi oleh angin
muson dengan 2 musim, yaitu musim kemarau pada bulan April – September dan
musim penghujan antara bulan Oktober – Maret.
Desa Padurenan
dalam suatu sistem hidrologi, merupakan kawasan yang berada pada dataran
rendah. Kondisi ini yang menyebabkan rawan terhadap bencana alam banjir pada
musim penghujan.
Pola
tata guna lahan terdiri dari Perumahan, Tegalan/Kebon, sawah dan penggunaan
lainnya dengan sebaran perumahan
sebesar 50,52 %, tegalan/kebon, sawah
sebesar 103,16 %, dan penggunaan lainnya yang meliputi jalan,
sungai dan tanah kosong sebesar .9,436 %.
1.3. Keadaan
Sosial
Peta Sosial dibuat oleh
masyarakat karena masyarakatlah yang banyak mengetahui kondisi
dimasing-masing daerahnya. Sehingga dalam peta sekaligus disepakati tanda-tanda
agenda untuk peta sosial, misalnya tentang tanda/ simbol batas dusun atau desa,
tanda jalan, perumahan, pertanian, ladang, tempat industri, kelompok-kelom
pengrajin, letak potensi desa dan lain sebagainya. Masyarakat perlu menyepakati
bila rumah masyarakat Sangat
Miskin diberi simbol misal ½
lingkaran bawah diberi garis dua, Miskin diberi simbol ½ lingkaran bawah diberi
garis satu, Hampir Miskin diberi simbol ½ lingkaran, Masyarakat Menengah diberi simbol segitiga, dan untuk Masyarakat Kaya diberi simbol bintang. Peta sosial ini memudahkan
setiap orang/masyarakat sebagai media untuk melihat kondisi dan menganalisis
kebutuhan dari masing-masing dusun/ kelompok masyarakat.
1.4. Kondisi Pemerintahan
Desa
Desa Padurenan
terdiri dari 2 dusun 6 RW dan 23 RT, dengan potensi perangkatnya terdiri dari
Seorang Kepala Desa (Kades), satu orang Sekretaris Desa (Sekdes), lima orang
kaur dan dua Kepala Dusun (Kadus) mempunyai jumlah penduduk 4589 orang yang
terdiri dari 2319 orang laki-laki dan 2270 orang perempuan, dan dengan jumlah
Rumah Tangga Miskin (RTM) berjumlah 276 RTM.
Berkaitan dengan
proses fasilitasi pembuatan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Padurenan
merupakan kebutuhan yang mendesak terutama proses pengambilan keputusan yang
dilakukan secara partisipatit dan demokratis. Sehingga dokumen RPJM-Desa
tersebut mendapat dukungan dan legalitas dari semua unsur masyarakat.
Bagan kelembagaan adalah suatu gambaran keadaaan
peranan/manfaat lembaga-lembaga di desa bagi masyarakat. Sebagai alat untuk menggali masalah-masalah
yang berhubungan dengan peranan/manfaat lembaga-lembaga di desa bagi masyarakat
dan potensi yang tersedia untuk
mengatasi masalah. Hasil kajian kalender musim adalah masyarakat dapat
merumuskan masalah dan potensi yang dimiliki desa
Komentar
Posting Komentar